Teman, kebayang
nggak, di hari kerja yang padat, rutin, membosankan, cuapekk, sampe nggak ada
liburan buat refreshing!
Nangis-nangis deh lu. Itu yang gue rasain. Yaa, mungkin sekitar sebulan lalu. Tiga hari sebelum bulan Juli tiba. Keadaan yang
bikin gue iri, saat ada libur panjang tapi gue libur pendek, hedeeeh,, iri.
Untungnya gue
punya sobat yang baik dan bisa gue ajakin ngobrol curhat ngalor ngidul. Yap.
Kita sama-sama pengen refreshing,
piknik. Yah, setelah rencana pertama gagal karena suatu hal, dan itu bikin hati
gue bergejolak. Gue pengen pikniiiiikkkkk!! Sambil merem megangin kepala.
Dewi fortuna
emang lagi ngelilingi gue kayaknya. Nggak disangka. Ini sekelumit
kronologi liburan ku ke pantai Indrayanti yang banyak menguras senyum dan tawa. Ada
horor dan trauma juga. So, tetap lanjut baca ya.
Bulan Mei,
liburan kenaikan sekolah. Cukup panjang, tapi serasa cepat sekali, karena
hari-hari penuh dengan kegiatan koordinasi, pertemuan, dan rapat. Memang
keadaan yang menjenuhkan sekali apalagi di hari liburan yang seharusnya
mendapat kesempatan melebarkan senyum dan menyantaikan otot-otot dahi dari bekas-bekas kernyitan
berpikir.
Dua bulan lalu
ada rencan rekreasi yang didisain akan menyenangkan dan melepas penat. Yah,
rencana memang boleh, tapi tidak lepas dari sebuah kemungkinan terburuk yaitu
“tidak jadi”. Rencana pergi ke pantai sesi 1 berakhir. Eh, kok sesi 1, berarti
masih ada sesi 2?
Siapa yang
menyangka akan ada rencana sesi 2. Ini benar-benar di luar dugaan, yah, kalau
yang namanya curhat dengan teman itu pasti, dan ampuh, curhat menghasilkan info
yang bikin kita up date. Hahaha.
Bayangan piknik udah di depan mata. Ini berkat Ibu muda yang juga ingin melepas
penat dan meninggalkan kesan indah sebelum berpisah. Hihihi. Juga berkat ibu
muda gokil yang bersedia merengek-rengek untuk memperlancar semuanya. Akhirnyaa,
jadi juga ngunjungin pantai yang kata orang namanya Indrayanti :) (walaupun ketika aku baca sebuah artikel di blog temen ku nama aslinya adalah Pantai Pulang Syawal, hehe). Makasih ibu-ibu…hihi..
Mau pilih hari
aja sampai bingung, karena padatnya hari yang dilalui dalam suasana kerja. Oh,
hati jadi deg-degan tak sabar, tapi juga ketakutan. Tapi yang namanya
keingingan yang super duper pengen aku wujudkan, harus aku bayar cukup mahal dengan kondisiku
dan terancam batal di sesi 2 ini. Betapa tidak, H-2 (tepatnya satu bulan dari
postingan aku ini, yaitu tanggal 25 Juni) badanku dilanda meriang (mungkin lagi merindukan kasih
sayang, hehe). Wah, dag dig dug takut. H-1 aku ada acara dari pagi sampai
siang, dan harus nahan tubuh yang keringet ding serta gemeteran demi
tertunaikan amanah umat, hehe, pengen banget rasanya ninggalin amanah ni karena
badan ku yang semalaman panas tinggi nggak ketahan. Tapi, sebenernya yang lebih
aku takutin adalah kalau aku tinggalin H-1 ini, hari H alias besok aku gak
bakal ikut piknik. Tidaaaaaaaaaaaaaak. Alhamdulillah berkat izin Allah aku
semakin membaik di petang hari, jadi tambah semangat buat besok, meskipun belum
packing. Ampun deh!
Sambil packing sambil mikir bakal ngapain besok
di perjalanan, ceritanya sambil nyusun bahan obrolan gitu. Treteret tetet..
sampai mesti ngapain juga kalau udah sampai di pantai. Haha. Aku samapi
berpikir mau motret segala sudut yang nggak terpikirkan orang di di sana, misal
di sela gua (padahal nggak tau ada apa enggak), berencana ngrekam moment
spontan di sana (pakek camdig/handycam
siapa juga, haha), dan samapi terpikir mennjadi wartawan, yaitu mengupas
keunikan pantai Indrayanti dari narasumber, mau pun testimoni pengunjung (sok
yes banget sih).
Susun di susun,
pagi udah nyambut. Badan ku terasa lebih seger dari kemarin, mungkin karena
rasa gembira ini membangunkan syaraf-syaraf baru yang kemarin habis bekerja
keras ngelawan virus meriang. Alhamdulillah. Go to the beach with the
passionate gang, ups! Bikin tambah happy and spirit! J Ini juga berkat kesediaan sang supir untuk mau mengantar sampai
tempat tujuan dengan selamat dan senang. Kalau nggak ada yang nyetir, nggak
mungkin kesampaian juga ke pantai Indrayanti. Hehe. Trimakasih. J
Perjalanan
lumayan jauh, kurang lebih dari jam 08.15 sampai 11.15 siang. Pas udah nyampe,
banyak juga rombongan yang nyempetin ke situ, nggak tanggung-tanggung barengnya
aja sama 2 bus, 1 mobil, dan yang nggak keitung, hehe. Udah rame, dan
sebelumnya, di jalan pak sopir udah calling-calling
temennya, kalau ombak pada waktu itu lagi gede dan tinggi, pasang istilahnya.
Jadi turun dari mobil, jalan ke pesisir, sempat terpisah ma temen yang lain,
jadi aku dan temenku jalan kaya orang hilang, mau menuju ke jalan setapak yang
perlahan mulai sepi dari orang, terus kita balik, fiuuh, akhirnya ketemu deh ma
yang lain. Syukuur deh. Pas jalan tadi, sempat kita lihat banyak juga
pantai-pantai yang masih perawan ditawarkan untuk dikunjungi, saking banyaknya
pamflet yang di tempel, aku sampai nggak hafal satupun nama pantai yang
ditawarkan, hahaha, ampun deh, fokus ke Indrayanti gitu loh, dinikmati.
Akhirnya kita jalan barengan rombongan, di sekeliling adanya orang yang lagi minggir nunggu ombak kecil. Haha, jadi
kita sempetin jalan ke puncaknya dulu. Ngos-ngosan sih, panas, silau, tapi pas
dipuncak, subhanallah indah banget dari atas. Cuma ada pemandangan yang gak
nyenengin, banyak orang pacaran!
Lewat
titik pandang yang tinggi, bisa dilihat pemandangan batu karang besar di
sebelah timur yang katanya memisahkan antara pantai Indrayanti dan Sundak.
Waktu itu ombak cukup besar jadi pas aku melihat nggak kelihatan terpisahkan
gitu. Sekilas juga kalau aku amati dari atas, jadi inget pemandangan di salah
satu pantai di Bali, yang aku lupa namanya, tapi yang ku inget adalah daerah
sebelum kepuncak sebelum ngeliat pantai nya, harus ngelewati jalan yang banyak
keranya. Oh iya, dulu nengok Pura
Uluwatu di Bali, terus bisa ngelihat pantai dari perjalanan ke pura. Hahaha, jadi ketawa inget dulu temenku camdignya dijambret monyet,
tapi karena kebaikan sang pawang dan monyet-monyet liar yang cukup perasa,
camdig berhasil dikembalikan. Nah di atas situ juga kelihatan seperti pantai
kosong, asik banget kalau bisa bersenang-senang di situ serasa milik sendiri.
Ini pemandangan dari atas yang barusan dinaiki, indah banget, mirip pandangan di Pura Uluwatu, Bali. |
Terlihat batu karang besar pembatas Pantai Indrayanti dan Pantai Sundak. |
Kita mesti turun, muter, dan ngelewati jalan setapak sepi yang tadi aku ma temnku hampir ngira kesasar. Nyampe lumayan jauh, ngelewati gedung mirip balai informasi, sumur, jalan kayak mau ke hutan, kolam-kolam besar mirip kolam lele, jalan becek seperti habis banjir, dan ada sebuah rumah yang di situ ada nenek sedang menyapu halaman. Aku tersenyum ke nenek itu, dan taunya kita kebablasan, karena ibu-ibu cantik di rombongan kami udah melihat pantainya, lalu kami menuju ke lokasi yang terlihat dari atas tadi, yang ternyata ada di belakang rumah nenek itu. Lalu kami bertanya pada nenek benarkah jalannya lewat ini, kata nenek itu iya. Lalu kami permisi melewati jalan kecil menuju belakang rumahnya dan terlihatlah pantai dengan pasir yang agak miring dan dalam, serta ombak berdebur menatap batuan karang besar.
Tampak dari atas pemandangan hijau menuju lokasi pantai agak sepi tadi. |
Mesti turun dulu buat ngeliat pantai yang lokasinya agak sepi tadi. |
Sesampainya di
pantai yang kelihatan dari atas tadi, puas, menikmati keindahan ciptaanNya.
Foto-foto, main air, pasir. Ibu-ibu cantik mengambil foto sebagai
kenang-kenangan, banyak banget kayaknya jepretannya. Busset, hobi fotografi
yang terpendam mungkin. Hehehe.
Pada tepi utara pantai, berdiri seperti warung dari bambu, dan juga dua buah meja yang sudah dilapis plastik motif. Namun terlihat lusuh, tak lagi dipakai dan tanpa ada penjual. Tas berisi barang berharga, dan juga sandal kami letakkan di meja itu. Sebagian ada yang menaruh di bawah, termasuk aku. Lalu kita asyik menikmati pantai yang sepi itu.
Tiba-tiba ombak
jadi gede, kita menepi. Aku mau nyuci sandal yang tadi kotor kena pasir,
tau-tau ombak gede buanget datang ke arah kami, sampai sebatas paha atas, terus
aku pegangan batang pohon bakau yang cukup besar. Aman. Ombak pergi. Fiuh, kami
semua deg-degan dengan hal itu. Setelah sadar, sandal aku sama salah satu ibu
cantik tadi hanyut entah kemana,, yang jelas terbawa ombak. Tapi syukur, tas
temen berisi barang berharganya dan titipan aku selamat. Semapt kami menunggu
beberapa menit berharap sandal kami kembali, hehehe, ngarep banget. Tapi
kemudian ibu cantik yang satunya manggil kami berdasarkan perintah nenek tadi.
Ups, dengan
ekspresi yang cukup penuh perhatian dan peringatan begitu, kami mentas dari
situ. Nenek bercerita, dulu putranya hilang waktu ombak sedang besar, dan saat
itu ombak juga sedang besar sekali, di seluruh pantai selatan memang.(ini
berdasarkan info pak sopir,hehehe) Nah, tidak ingin terjadi bahaya, maka kami
diminta beranjak. Nenek itu baik banget, makasih, Nek udah memperingatkan kami.
Lalu kami kembali ke pesisir yang ramai yang dekat pohon-pohon bakau dengan
hiasan pasir putih dan pedagang-pedagang, hehe.
Indrayanti
pantai yang indah, dengan panorama menarik, pasir putih, karang alami, yang
membuat mata melotot, eh menyipit karena silau, tapi hati terpaku akan
keindahannya, J. Nah di situ, hampir satu jam
menunggu ombak sedikit turun, tadi katanya jam 12.30 bakal surut, tapi nyatanya
tambah gede. Yah, lalu kita tunggu sambil duduk menatap anak-anak yang
pemberani menantang ombak besar datang, yang akhirnya harus kehilangan handphone, sandal, dompet dan tas karena
kurang siaga saat ombak besar datang, eh malah aku ketawain kecil, karena ingat
sandalku yang hanyut juga, tapi alhamdulillah temen bawa dua sandal, jadi aku
pakai deh. Hehehe. Video ini menunjukkan ombak di Pantai Indrayanti sedang besar, yang menyebabkan terbawanya harta benda salah satu pengunjung pada saat itu.
Jam menunjukkan
pukul 13.15, ombak mulat surut, pengunjung lain juga sudah berani turun
menapaki pasir putih yanng berkilau, diterpa deburan ombak yang keras, tampak
sangat mengasyikkan. Nah, ini dia saatnya aku mengeksplorasi pasir dan ombak
yag menakjubkan di sini. Benar-benar los. Sueneng buanget. Rencana sesi 2 yang
terbayarkan. Guling-guling di pasir, ciprat-cipratan air, lempar-lemparan
pasir, teriak-teriak, sampai tergulung ombak juga. Aahh! J ngebahas tergulung ombak, air laut sempat masuk ke mulut dan hidung
aku yang menyebabkan rasa asin yang menyeruak ke seluruh indera perasa ku, ada
tangan yang menarikku memegangi agar aku tak terbaea arus, karena waktku itu
seluruh tubuhku benar-benar tergulung ombak yang membuatku berpikir, jika saja
Allah tidak menolong kami di lokasi sebelumnya,, bisa saja ada yang tergulung
ombak yang lebih tinggi dan besar daripada ini. Swear.. aku ngebayaangin ngeri..trauma. Alhamdulillah
aku bersyukur padaMu Ya Allah. J
Deburan ombak di Pantai Indrayanti yang kala itu cukup besar, sama halnya di seluruh pantai selatan Jawa. |
Masih
saja kami asyik bercanda dalam balutan pasir dan terpaan sinar matahari yang
menyengat, sambil gambar kami di ambil pada moment tertentu, hm, bahagianya. J karena masih nekat dengan ombak yang datang dan pergi, akhirnya
datang ombak yang menarikku ke tengah dan memaksaku berpegangan pada batu untuk
bertahan, tapi ketika ombak pergi, tersadar bahwa telapak tanganku terluka dan
perlahan terasa perih menjalar. Aku segera bangkit dan meminta bantuan, dan
kedua ibu cantik yang baik hati tersebut menolongku dengan penuh cinta, tapi
yang nggak kalah kepo, hal kayak begitu di potret juga, haduh jadi malu.
Sisi timur Pantai Indrayanti, pasirnya cukup landai. |
Terimakasih
sudah menolong menutup lukaku, yang memperlihatkan pada kami semua ternyata
tangan kami sudah mulai keriput memuai akibat lama terkena air dan terlukanya
telapak tanganku menjadi akhir dari permainan mengasyikkan di pantai sore itu
(duh maaf ya, padahal masih pengen maen ya,, tapi udah sore juga, biar
pulangnya nggak kemaleman,hihihi)
Usai
itu semua, mandi, ganti baju, siip, udah rapi. Agak gerimis. Perut jadi lapar. Semapt
ingin berputar-putar lagi melihat pantai lain, tapi kami memutuskan untuk
segera pulang. Lalu, semangkuk bakso di perjalanan pulang menjadi pelengkap energi
yang terbuang di pantai tadi.
Sambil mulai melanjutkan perjalanan, kami melihat foto
yang tadi sepertinya sudah banyak dijeprat-jepret waktu di pantai. Akan tetapi
ketika dicek berulang-ulag, foto yang lumayan banyak berbackground pantai di elakang rumah nenek tadi tidak ada yang jadi. Wow.
Apakah itu faktor si fotografer yang masih amatir? Atau ada sesuatu yang tidak
bisa diambil gambarnya? Sempat berpikir ngeri dan susasana jadi merinding. Ah,
mirip kisah horor di televisi saja. Sekali lagi jadi trauma dengan gulungan
ombak yang besar di pantai belakang rumah nenek itu. Meskipun sebenarnya nenek
tadi amat baik dan ramah pada kami dan tak terlihat ada unsur mistis di situ. Hii.
Hari mulai
gelap, tak lupa segera mencari masjid untuk sholat maghrib. Perjalanan cukup
macet sehingga waktu menjadi lebih lama. Tapi Allah memang sangat baik, kami
disuguhi pemandangan lampu-lampu kota yang menerangi kegelapan malam kota Jogja
yang terlihat dari atas jalan raya, indah sekali. Ada niatan ingin berhenti
untuk sejenak menikmati, tapi ketika menepi kami salah menepi ke sebuah warung
makan, yang menjadikan juru parkir menghampiri dan menata parkir. Karena tidak
berniat makan di situ, maka kami berdalih bertanya mushola untuk alasan,,
hahahaha, menahan malu di depan warung makan dan juru parkir. Setelah mobil
beranjak, seluruh penumpang tertawa dengan kekonyolan yang baru saja terjadi.
Hahaha. Sayang sekali pemandangan kota tadi tidak sempat diabadikan dalam
jepretan, tapi setidaknya cukup kuat dalam ingatan.
Sesampainya di mushola SPBU, sholat lalu
lanjut membeli oleh-oleh. Dan akhirnya kami sampai di Solo sekitar pukul 21.00.
kami ngobrol sebentar, saling maaf-mafan, berjabat tangan, cipika cipiki,, hihi
kasihan sopirnya cuma ngeliat. Kami pulang ke rumah masing-masing dengan hati
gembira dan bersiap untuk kembali bekerja esok hari.. huuaaah.. sehari yang
panjang dan menyenangkan! J
sampai jumpa lagi pantai Indrayanti dan pantai baru lainnya, dengan kisah yang lebih seru lainnya, hari itu menjadi kenangan indaah yang tak terlupakan. Hm.hm.hm ^_^