Kamis, 01 Agustus 2013


Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, maka baik jika diisi dengan kegiatan yang bermanfaat, sehingga menambah kedekatan kita pada Allah swt. Kegiatan bisa berupa acara pengajian, tilawah Al-Qur’an, tahfidzul Qur’an, mengajar mengaji, dauroh, dzikir, I’tikaf, buka bersama, dll.
 Nah, pada kesempatan menjelang liburan sekolah bulan Ramadhan, ada kegiatan Dauroh Ilmiah di SDIT Nur Hidayah yang menghadirkan beberapa pembicara, diantaranya adalah Ustadz Susiyanto, M. Ag, Ustadz Abdul Hakim, dan seorang pemuda hafidz Qur’an bernama Muhammad Aufa Aulia. Apa sih dauroh itu? Dauroh dari kata daara-yaduuru-dauroh artinya mengelilingi, tempat, acara. Jadi, dauroh ilmiah artinya acara membahas tentang pengetahuan, keilmuan ilmiah.
  Sesi pertama diisi dengan pembahasan topik Rekonstruksi Sejarah Islam Indonesia.  Memang sedikit berbeda dengan topik yang ditulis dalam background acara, namun intinya ke arah rekonstruksi Islam dalam pembelajaran. Ini karena Ustadz Susiyanto akan menjelaskan mengenai konsep-konsep sejarah, narasi sejarah di Indonesia yang ditengarai ada upaya memarginalkan peran Islam dalam sejarah. Yuk simak beberapa hal yang bisa saya rangkum dalam dauroh itu.
  Kalau kita ingat dalam masa kecil kita, dongeng yang sering diperdengarkan pada murid-murid adalah dongeng Si Kancil Mencuri Ketimun. Inti dari dari dongeng ini bukannya menyuruh kita untuk menjadi licik atau pencuri. Akan tetapi mengajarkan kita untuk tidak menjadi orang bodoh karena akan dibodohi orang pintar. Nah dalam hal ini kancil saja dapat membodohi manusia, haha, cerdiknya. Ternyata dongeng ini juga ditulis lebih mendalam seperti pada Serat Kancil, bahkan dongeng ini terkenal di Melayu juga dengan judul Hikayat Si Kancil.
  Seperti halnya dongeng si kancil, dongeng Malin Kundang juga bukan berbicara tentang menjadi anak durhaka atau ibu yang jahat karena mengutuk anaknya menjadi batu, tetapi berpesan agar anak manusia tidak durhaka pada orang tua terutama ibu. Apabila kita pikirkan, dongeng memang tidak nyambung dengan fakta. Lain dengan sejarah, sejarah adalah kisah manusia yang benar terjadi di masa lalu.
  Jika diulas, sejarah dari bahasa arab Syajaro artinya pohon. Dalam bahasa Indonesia berarti silsilah; asal usul; kejadian yang benar terjadi di masa lalu; bermakna juga ilmu, pengetahuan, cerita atau riwayat di masaa lampau. Berbeda dengan kisah, karena kisah kurang memiliki nilai sejarah tinggi.
Pernah kita membaca sejarah yang disusun dari penyusun sekuler maka akan sulit dipahami. Perlu kita ketahui bahwa narasi sejarah tersusun berdasarkan:
1.      Data
2.      World view—kepentingan—misi
Misalnya sejarah yang disusun Kristen—ditampilkan lah Kristen
Seperti halnya pelajaran sejarah di Indonesia disusun atas kepentingan tertentu.

Pemisahan Islam dari Bangsa
Berbicara tentang sejarah, perlu kita ketahui bahwa selama ini telah terjadi upaya pemisahan Islam dari bangsa. Apa saja data yang kita punya?
1.      Identifikasi Dayak dan Papua sebagai Kristen. Perlu diketahui bahwa sejak penjajahan Belanda, suku Dayak dipisahkan (diasingkan) dari komunitas muslim dan orang Melayu, sehingga mereka tidak mengenal komunitasnya akibat pengasingan tersebut.
2.      Pengaburan status Betawi sebagai warga muslim. Komunitas Betawi sejak pra-pengIslaman, masa kerajaan Salakanagara terbentuk komunitas Betawi yang tidak diidentikkan dengan muslim tetapi Hinduisme.
3.      Pengaburan status bahwa suku Sunda itu muslim. Padahal di sana adat keIslaman kental tetapi seakan tertutupi.
4.      Penginjilan di Minang. Basis Islam yang kental di sumatera diinjilkan besar-besaran.

Distorsi
1.      Pengaburan identitas orang Indonesia sebagai penganut Islam
2.      Manipulasi karya sastra

Manfaat sejarah dengan cara pandang Islam
1.      Menguatkan akidah dan keyakinan terhadapa Islam. Karena banyak teladan dan komitemen berkaitan dengan Islam di masa lalu.
2.      Belajar sunnatullah. Ini sangat dianjurkan, dapat memperoleh pahala.
3.      Belajar masa depan. Dari sejarah dapat dipetik pelajaran masa kini dan mendatang.

Pelajaran sejarah di Indonesia
Bagaimana dengan pelajaran sejarah yang kita dapatkan di sekolah umum di Indonesia? Kebanyakan mengajarkan hal yang cukup sulit dinalar dengan akal sehat, terlebih lagi adalah sejarah yang dijelaskan mengandung unsur pemisahan Islam dalam sejarah di Indonesia. Mari kita bahas bebrapa diantaranya.
1.      Manusia purba
Manusia Indonesia yang hadir pada masa sebelum penjajahan sampai dengan sekarang adalah masyarakat yang berpindah-pindah, berasal dari keturunan Deutro Melayu dan Proto Melayu yang tidak sama dengan Pithecantropus Erectus yang sekarang di pajang di museum Sangiran. Dan mungkin akan banyak warga Jawa yang tidak setuju jika mereka disamakan dengan Pithecantropus Erectus
2.      Era Hindu dan Budha
Terdapat banyak manipulasi dalam era ini. Karena lebih banyak membahas mengenai apa agama Hindu dan agama Budha itu? Pembahasannya banyak yang normatif karena lebih kepada agama Hindu dan Budha pada zaman ini bukan zaman dahulu. Pada agama ini terdapat sistem kepercayaan yaitu Budha Shiwa aliran Bhairawa. Yang sangat terkenal adalah ritual ma lima. Jika di zaman sekarang kita kenal moh limo yang berarti dilarang makan daging haram, miras, main perempuan, dsb, akan tetapi ma lima di sini adalah mengerjakan lima ritual M, yang merupakan aplikasi perilaku dalam ajaran. Diantaranya Matsiya (ikan), Manuya (daging), Mada/Madya (miras), Mudra (gadis/tarian), Maithuna (upacara seksual). Nah, berikut penjelasannya.
1)      Matsiya (ikan), ini bukannya dilarang untuk memakan ikan, tetapi justru ritual makan ikan beracun. Dengan memakannya, akan muncul efek tubuh yang terkena racun, atau mabuk, sehingga dipercaya dapat menghilangkan kesadaran (jiwa kosong) yang dalam ketidaksadaran itu akan mendekatkan manusia dengan Tuhan (isi). Ini seperti yang sering kita dengar bahwa ada perkataaan kosong adalah isi, isi adalah kosong.
2)      Manuya (daging), sekali lagi bukan larangan memakan danging, tetapi ritual makan daging manusia. Daging yang dipersembahkan biasanya adalah pengantin, gadis atau pria lajang yang kemudian disembelih dan dimakan bersama-sama. Penyembelihan ini dlakukan di meja datar berbentuk kura-kura, karena pada masa itu kura-kura di anggap sebagai penjelmaan tertinggi dari Tuhan.
3)      Mada/Madya (miras), digunakan sebagai alat untuk menjadikan diri tidak sadar, mirip pernyataan pada ritual matsiya. Konon akibat ritual ini, pesohor kerajaan Hindu kalah dalam perang melawan serangan Belanda.
4)      Mudra (gadis/tarian), tarian atau gerakan tangan yang menimbulkan kekuatan magis yang membuat lupa diri.
5)      Maithuna (upacara seksual), dilakukan di sebuah padang di atas tempat pemakaman yang disebut setra. (Prof. Rasyidi, Islam dan Kebatinan, hal.94)

Upaya Perawatan Peninggalan Bersejarah

Mari kita cermati dengan adanya banyak peninggalan sejarah di Indonesia. Perawatan peninggalan Hindu Budha tidak sama dengan peniggalan Islam,yang notabene mayoritas penduduk Indonesia menganut agama Islam.
Siapa yang tidak mengetahui Candi Borobudur di Magelang, yang merupakan salah satu dari keajaiban dunia. Candi borobudur ditemukan tahun 1814, dan pernah terkubur selama 8 abad. Ketika belum ditemukan, bentuk ini tak menyerupai candi melainkan sebuah gunung yang ditumbuhi pohon menjulang. Selama itu tidak ada yang menceritakan bahwa di sana ada sebuah bangunan megah tempat ibadah, dan baru timbul cerita setelah ditemukan.
Lain halnya dengan Candi Prambanan yang ditemukan tahun 1797 oleh Belanda yang pada saat itu akan membangun benteng dan mencari lokasi yang tak terawat dan menjadi tempat sampah. Jika pribumilah pemiliknya, tidak mungkin akan melakukan pembiaran tempat itu dijadikan tempat sampah dan tidak terawat. Ini berarti ada cerita baru di balik penemuan candi di Indonesia.
Beda dengan peninggalan Islam seperti Masjid Demak yang dibiarkan dimakan usia. Jika Anda pernah berkunjung ke sana, dapat ditemui sebagian besar bangunannya sudah tidak asli, yang asli hanyalah bagian pintu depan dan belakang, serta tiang-tiang penyangga. Hal ini disebabkan pengaburan identitas Islam dalam sejarah, yang membuat pola pikir, mengidentikkan bahwa kerjaan Islam adalah penghancur. Pada faktanya kerajaan Islam tidak pernah menghancurkan peninggalan yang ada kecuali alam yang memakannya. Bukti bahwa sebenarnya masyarakat pra kemerdekaan Indonesia adalah muslim yaitu ditemukannya peninggalan Majapahit berupa nisan yang lambangnya mirip dengan lambang Muhammadiyah pada saat ini, kemudian terdapat nisan bertuliskan Laa ilaha illallah terukir amat jelas. Untuk dapat melihatnya, silakan berkunjung ke Troloyo, Trowulan, Mojokerto.
Candi yang merupakan peninggalan masa Hindu Budha, dibangun untuk kepentingan kasta-kasta tinggi seperti Brahmana dan Ksatria, untuk menunjukkan seberapa besar kekuasaannya. Dalam candi terdapat relief yang berupa wujud lelaki yang berdiri membawa mangkuk dan belati yang menjelaskan bahwa pada era tersebut ada upacara minum darah, dengan menggunakan belati untuk menyayat darah dari ulu hati kemudia menyayta mengikuti tulang rusuk dan darahnya ditampung dalam pangkuk untuk diminum bersama-sama.
Perawatan patung kecil dapat menghabiskan anggaran tidak kurang dari Rp 5.000.000,00 per bulan, namun untuk sebuah masjid yang juga situs sejarah sangat disayangkan tidak mendapat perhatian yang seimbang.
Oleh karena itu terus digalakkan penggalinan agar ditemukan candi atau menyerupai candi baru sebagai situs sejarah baru. ini yang harus diwaspadai terutama umat Islam, karena para frontalis pernah ber statement bahwa penggalian ditujukan untuk mengombang-ambingkan antara memilih Islam atau kebudayaan sebelumnya.

Bhineka Tunggal Ika
Sebuah semboyan yang tidak asing lagi tentunya. Tentu kita akan memaknainya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Perlu diketahui bahwa semboyan ini memiliki arti lain, kita telaah dari kata  Bhi yang maknanya dua, Bhineka—dua hal yang berbeda, bukan berbeda-beda, dan yang dimaksud dua hal yang berbeda ini adalah Hindu dan Budha yang beda dalam pengajarannya tetapi keduanya tetap harus disatukan. Nah, sekarang jadi tau kan, akan tetapi dalam pelajaran sejarah kita yang sudah ada unsur pemarginalan Islam, kita dipaksa harus menulis jawaban yang benar dalam ujian lho, dengan pernyataan berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Jangan sampai kita sebagai penganut Islam terombang-ambing oleh hal yang abu-abu, bahkan menyingkirkan sejarah yang sesungguhnya. Kita harus rajin membaca riwayat yang sumber referensinya terpercaya, atau dari narasumber langsung, sehingga akan terungkap naskah sejarah yang asli dan tidak dimanipulasi untuk kepentingan tertentu sebgaian orang.

Posted by happy On 1:30 PM No comments

0 comments:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Labels

Blogger news

Categories