Menarik sekali
berbicara mengenai kelebihan orang yang merupakan anugerah dari Allah Swt.
Muhammad Aufa Aulia. Usianya baru 17 tahun, tapi sudah mampu menjadi penghafal
Qur’an. Pertama melihat wajahnya, pemuda yang kerap disapa Aufa ini terlihat
sangat cerah dan bersinar, teduh dipandang mata. Tak salah bila ia adalah
penghafal Qur’an. Ketika mulai memberikan kisahnya di depan para peserta
dauroh, suaranya dan logatnya masih khas remaja, dan ternyata dia juga pandai
memberi humor di sela-sela obrolannya. Dia bercerita bagaimana ia bisa tertarik
menghafal Al-Qur’an, dan berbagi tips menjaga hafalan.
Awal
ketertarikannya terhadap tahfidzul Qur’an dikarenakan orang tuanya tiap ba’da
isya mengadakan ta’lim rumah, mengkaji Islam, menceritakan siroh nabi kepada
seluruh anggota keluarganya termasuk adik bungsu yang basih beberapa bulan juga
diikutsertakan. Alasan kedua adalah ketika bersekolah di SDIT Nur Hidayah
diharuskan menghafal sedikitnya 2 juz, dalam hal ini Aufa menyebutkan nama Pak
Mulyadi dan Pak Bahruni sebgai pembimbing hafalan ketika SD, dan beliau berdua
memang sebagai guru Qur’an di SDIT Nur Hidayah sampai saat ini. Kemudian berkat
ketekunannya ia diikutkan lomba-lomba tartil.
Mengenai
cita-citanya menjadi hafidz Qur’an, sangat mencengangkan bagi saya, karena yang
memotivasinya adalah keinginannya untuk memuliakan orang tuanya. Ia pernah
mebaca hadits yang menjelaskan bahwa jika ada anak yang hafal Qur’an maka ia
bisa memberi syafaat pada keluarganya ketika di akhirat nanti, dan dapat
memberi mahkota kemuliaan kepada kedua orang tua yang pada hadits tersebut
dijelaskan bahwa sinar mahkota itu melebihi terangnya sinar mentari yang
dimasukkan alam ruangan, “Betapa terangnya” ujarnya di depan para hadirin.
Ucapannya ini membuat saya berdecak kagum.
Apa saja kiat
menghafal Al-Qur’an dari Aufa?
1.
Meninggalkan maksiat pada
Allah. Aufa percaya, dengan maksiat pada Nya dapat mengurangi kualitas hafalan
yang dikuasai.
2.
Menjaga wudhu. Ia terinspirasi
kisah dari sahabat Rasulullah saw yaitu bilal, bahwasanya ada sahabat bermimpi
akan masuk surga, kemudian ia melihat di sana sudah ada sandal Bilal di
depannya. Kemudian ia bertanya pada Rasulullah saw, amalan apakah yang
menjadikannya begitu. Kata Rasul karena ia menjaga wudhu.
3.
Membacanya ketika sholat. Ayat
yang kita hafalkan akan lebih cepat terjaga jika sering dibaca dalam sholat.
4.
Menghafal di waktu yang fresh. Waktu ini berbeda-beda pada tiap
orang. Aufa menemukan waktu segarnya adalah ba’da ashar, karena ia lepas tidur
siang dan tiada merasa mengantuk.
Lalu bagaimana
kalau sudah hafal? Aufa kembali memberi tips:
1.
Ziyadah (menambah hafalan
baru). Akan tetapi jangan sampai kita melupakan hafalan kita sebelumnya karena
Allah murka.
2.
Murojaah, target
3.
Mengamalkannya
Selanjutnya,
bagaimana perasaan setelah menjadi hafidz Qur’an? Bahagia, bersyukur ya
pastinya. Aufa merampungkan hafalannya selama tiga tahun di Pondok Nurul
Wahdah, Sragen. Pada 11 Oktober 2011. Ia sangat bersyukur, akan tetapi ketika
wisuda khataman ia sangat sedih ketika satu per satu nama santri dipanggil
beserta orang tuanya, namun saat itu ia hanya tertunduk dan berusaha tegar
karena saat itu ayahnya sedang ke Australia untuk studi, dan acara itu hanya
dihadiri laki-laki, jadi ibunya pun tidak dapat mewakili. Awalnya ketika harus
belajar sekaligus menghafal Qur’an di pondok adalah keputusan bersama yang
cukup berat dihadapi karena harus jauh dari keluarga. Namun, orang tua selalu
memberi semangat, menjenguknya tiap bulan dengan mengirimkan banyak makanan,
dan menjanjikan Aufa berlibur ke Australia jika sudah hafidz.
Ia pun bersaing
hebat dengan temannya untuk bisa lebih cepat hafal. Persaingan pun dimenangkan
Aufa dengan mendapat hafalan yang lebih banyak dari temannya itu. Kini Aufa
sudah kelas XI SMA di SMA Ibnu Abbas Klaten. Tapi, kini ia dilema karena harus
memilih hadiah yang ditawarkan orang tuanya, apakah ke Australia untuk
menghadiri wisuda pendidikan ayahnya, atau ke tanah suci untuk
melaksanakan ibadah umroh. “Wah, maunya
sih dua-duanya, tapi ayah bilang harus salah satu”, ujarnya diiringi tawa
hadirin.
Setiap usaha
memang butuh kesabaran, walaupun pahit tetapi akan berakhir manis. Sayangnya
waktu sudah masuk sholat dzuhur sehingga tidak dibuka sesi tanya jawab. Semoga
akan terus ada Aufa-Aufa selanjutnya yang bercita-cita dan mampu menjadi hafidz
Qur’an, termasuk saya dan yang membaca tulisan saya ini. Amiin.
mba mau nanya lagu yg kenangan indah cinta kita udah ketemu blm mba
BalasHapusaq minta info na dunk,aq mpe skrg cari tu lagu lom ketemu jg
thxs
belum mbak hiddan uchiha,, susah bgt nemuinnya, mungkin tdk diupload secara luas filenya..
Hapuskira-kira berapa lama ya kalau menghafal al-qur'an tidak dengan sekolah??
BalasHapussesuai kemampuan masing2 individu kak snav gfani, dalam buku yg pernah saya baca, kalau saya tidak salah, ada yang sekitar 9th,
Hapusakan tetapi jika menghafal dengan rutin dan disetorkan, dengan ijin Allah pasti akan lebih cepat waktunya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussungguh bahagianya orang tua jika melihat buah hati tumbuh besar seperti dek aufa.. tahfidz, cerdas dan berakhlak
BalasHapus